Bangsa
Indonesia merupakan negara yang memiliki aneka ragam suku, budaya, serta agama.
Jika kita melihat dari latar belakang yang beranekaragam tersebut sangat ideal
jika semboyan negara Indonesia yang terdapat pada garuda Pancasila yaitu Bhinneka
Tunggal Ika. Adanya semboyan berbeda-beda tetapi tetap satu jua ini tidak lepas
dari tantangannya. Tantangan ini berupa paham-paham yang beredar di
tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan konflik. Bibit
paham-paham itu dapat muncul dalam lingkungan keluarga, masyarakat, serta
sekolah dan perguruan tinggi. Dalam hal tersebut diperlukan adanya sikap jalan
tengah untuk menyelesaikan berbagai perbedaan dan masalah dalam kalangan Masyarakat.
Bangsa kita adalah bangsa yang memiliki kompleksitas keragaman mulai dari budaya,
etnis, bahasa, agama, ras, suku, sosial. Keragaman ini dapat menjadi kekuatan
integrasi (pemersatu) namun juga dapat menjadi pemecahbelah bangsa, tinggal
bagaimana memenejnya. Namun jika kita melihat Sejarah bangsa ini justru dengan
keragaman ini kita mempinyai kekuatan besar sebagai bangsa yang unggul dan
bermartabat.
Sebagai
bangsa yang besar tentunya menjadi sorotan oleh bangsa-bangsa lain dalam
berbagai hal. Seperti yang terjadi beberapa waktu terakhir, bagaimana bangsa
ini di uji dengan adu domba isu agama dalam politik. Pemelintiran bahasa di
ruang publik namun kita sebagai bangsa yang besar dan berpengalaman dapat
melalui ujian-ujian itu dengan baik. Tentu hal ini dapat kita lalui karena
bangsa kita berdiri atas dasar menghargai dan juga didirikan atas keragaman itu
sendiri. Tentu hal ini juga ada pihak-pihak yang menginginkan bangsa ini
terpecah belah dengan berbagai isu, terutama isu agama, karena dengan isu agama
orang akan mudah terprovokasi.
Yang
tak kalah penting hari ini adalah media sosial. Karena media sosial mempunyai
peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hari ini. Betapa kita
melihat generasi saat ini waktunya lebih banyak di habiskan dengan gadget.
Tentu hal ini harus di waspadai oleh para orang tua untuk mengawasi atau
membatasi anak-anaknya dalam memanfaatkan gadget.
Moderasi
adalah jalan Tengah. Moderasi beragama sebagai jalan beragama dengan berada di
jalan tengah adalah salah satu solusi yang bisa diterapkan guna menghentikan
sikap-sikap radikal (ekstrimisme). Pengenalan dan penanaman (internalisasi)
moderasi dalam beragama bisa dilakukan sejak dini terutama dalam dunia
pendidikan melalui sekolah/madrasah. Kita sering menjumpai seorang moderator
dalam jalannya sebuah diskusi. Moderator adalah orang yang menengahi jalannya
diskusi, tidak berpihak kepada pendapat manapun, bersikap adil, dan tidak
memihak pula pada siapapun.
Sedangkan agama bermakna prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan syari’at tertentu. Beragama dapat pula diartikan sebagai pedoman yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhububungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.
Moderasi beragama adalah cara beragama dengan berada di jalan tengah sesuai dengan pengertian moderasi beragama tadi. Dengan moderasi beragama, seseorang tidak berlaku ekstrem dan berlebihan dalam menjalani agamanya. Orang-orang moderat adalah sebutan bagi para penganut moderasi beragama ini. Penguatan/internalisasi moderasi beragama dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan dalam dunia pendidikan sangat penting untuk dilakukan. Moderasi beragama menghalau sikap ekstrem/radikal dalam beragama yang justru keluar dari esensi ajaran agama itu sendiri. Perilaku ekstrem atas nama agama juga kerap melahirkan konflik sosial, rasa benci, intoleransi.
Implementasi
moderasi beragama ini sangat penting, terlebih dalam dunia pendidikan mengingat
radikalisme dan intoleransi masih banyak dijumpai dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara kita. Baik dari kalangan pendidik maupun siswa. Penerapan moderasi
beragama oleh para pendidik dapat diterapkan melalui proses penanaman nilai dan
karakter yang toleran dan penyinggungan soal keberagaman dalam mengajar.
Pemilihan materi ajar yang memuat nilai moderasi beragama, tokoh ajar yang juga
berperilaku moderat dapat diupayakan oleh para pendidik sebagai wujud penerapan
pengenalan dan pengajaran moderasi beragama dalam proses pembelajaran oleh para
pendidik.
Moderasi
beragama secara subtantif sebenarnya bukan hal baru bagi bangsa Indonesia. Karena
masyarakat Indonesia memiliki modal sosial dan kultural yang cukup kuat dan mengakar.
Kita terbiasa bertenggang rasa, toleran, menghormati persaudaraan, dan menghargai
keragaman bahkan ini menjadi watak dasar kita. Dengan kata lain, nilai-nilai
fundamental seperti itulah yang menjadi pondasi dan filosofi masyarakat kita dalam
menjalani moderasi beragama. Nilai-nilai itu semua ada pada setiap agama,
karena setiap agama pada dasarnya mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang sama.
Kita
semua harus memahami bahwa moderasi sebagai komitmen bersama untuk menjaga
keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku,
etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya harus mau saling mendengarkan
(menghargai) satu sama lain, serta saling belajar melatih kemampuan mengelola
dan mengatasi perbedaan diantara diantara mereka. Cukup jelas bahwa moderasi
beragama sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan dengan terus memupuk
sikap tenggang rasa. Sebuah warisan leluhur yang mengajarkan kita untuk saling
memahami dan ikut merasakan, serta menghargai satu sama lain yang berbeda
dengan kita.
Oleh : Wahyudi, M.Pd.I
Guru SMPN 3 Banjar Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar