Jumat, 08 Juni 2012
Kamis, 07 Juni 2012
Dari Keluarga Imron untuk Keluarga Kita
Dari Keluarga Imron untuk Keluarga
Kita
Eramuslim.com
| Media Islam Rujukan,
Jika kita
diajari oleh Nabi untuk bershalawat di mana di sana dicantumkan dua Nabi,maka
jelas pesannya. Karena keduanya memang teladan bagi manusia. Sebagaimana yang
disebutkan dalam al-Qur’an bahwa Uswatun Hasanah hanya disematkan untuk kedua
Nabi ini; Nabi Ibrahim alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam.Tetapi yang menarik adalah, shalawat kita ternyata juga diperuntukkan
bagi keluarga keduanya. Sungguh ini sebuah kemuliaan bagi kedua keluarga mulia
ini. Dan sekaligus menyampaikan bahwa kedua keluarga ini memang layak didoakan
bagi seluruh manusia. Karena memang mereka dua keluarga mulia. Tetapi ada yang
menarik dalam al-Qur’an. Ada satu keluarga istimewa; Keluarga Imron.
Keistimewaan itu jelas terlihat. Ditandai oleh beberapa hal:
a. Inilah
satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi Nama Surat dalam al-Qur’an Tidak ada surat
al-Qur’an yang menggunakan nama keluarga kecuali Surat Ali Imron (Keluarga
Imron)
b. Inilah
keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga Nabi Sebagaimana
yang bisa kita baca dalam ayat:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحًا وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa
mereka masing-masing)” (Qs. Ali
Imron: 33)
Di dalam ayat
ini, Allah memilih di atas segala umat dua Nabi: Adam dan Nuh, serta dua
keluarga: Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.
c. Inilah
keluarga ideal yang dibandingkan lebih mulia dari keluarga dua Nabi .Ayat
terakhir dalam Surat at-Tahrim menjelaskan hal itu:
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran
yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian
dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan
Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. At-Tahrim: 12)
Ayat ini
diawali oleh dua ayat sebelumnya. Di mana ayat 10 Allah menyampaikan tentang
istri dua Nabi yang kafir; istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Selanjutnya di
ayat 11 Allah berfirman tentang istri Fir’aun yang beriman, sementara suaminya
kafir. Dan di akhir Surat at-Tahrim, Allah memuji Maryam sebagai orang sangat
mulia yang merupakan putri Imron. Dan kelak, dialah wanita yang melahirkan
seorang Nabi dengan cara mukjizat; Nabi Isa alaihis salam.
Tentu ada
banyak pesan tentang pemunculan keluarga Imron. Di antara pesan sangat penting
adalah :
1. Jangan
beralasan dengan Nabi Nuh ketika kita gagal mendidik anak. Sebab Allah telah
menegur Nabi Nuh saat dia tidak sanggup membimbing anaknya hingga mau naik ke
bahtera bersama orang-orang beriman.
قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Allah
berfirman: “ Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan
akan diselamatkan), sesungguhnya ia adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui
(hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Qs. Hud: 46)
Teguran ini
Allah sampaikan kepada Nabi Nuh setelah Nabi Nuh bertanya kepada Allah mengapa
anaknya ikut ditenggelamkan bersama orang-orang kafir.
2. Jangan
berkata bahwa keluarga kita tidak bisa menjadi mulia seperti keluarga para
Nabi. Karena ternyata keluarga Imron yang merupakan keluarga manusia biasa pun
bisa menjadi sejajar dengan keluarga Nabi. Dan karena para nabi diutus untuk
menjadi pembimbing dan teladan bagi manusia.
Tapi sayangnya,
sebagian kita masih terbalik dalam menyikapi generasi dan keluarganya. Saat ada
yang gagal mendidik anak, berdalih dengan Nabi Nuh. Padahal seharusnya tidak
boleh, karena Nuh telah ditegur Allah.Sementara saat keberatan dalam melahirkan
keluarga istimewa, acapkali ada yang berkata bahwa kita bukan keluarga Nabi.
Padahal, keluarga Imron pun bisa sejajar dengan keluarga Nabi bahkan bisa lebih
baik.
Dari Kehamilan
hingga Pengasuhan
Untuk
mengungkap rahasia kehebatan keluarga manusia biasa tetapi disejajarkan dengan
kemuliaan keluarga Nabi, kita harus membuka langsung Surat Ali Imron. Pasti
kita akan mendapatkan petunjuknya di sana.Pembahasan tentang keluarga Imron
dalam Surat Ali Imron, ternyata dimulai pembahasan tentang istri. Lihatlah ayat
35 dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran pertama sebelum yang lainnya, betapa
peran seorang istri yang kelak menjadi seorang ibu adalah peran sentral.
Menyiapkan dengan baik seorang ibu berarti menyiapkan satugenerasi istimewa.
Yang artinya, gagal dan mengabaikan penyiapan seorang wanita yang kelak menjadi
istri dan ibu adalah merupakan kegagalan lahirnya generasi yang baik.
Pembicaraan
tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ
رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah),
ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul
Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (35)
Dalam ayat ini
dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat penting. Mengabaikannya
berarti kehilangan sebuah fase penting.Ayat ini mengajarkan kepada setiap
keluarga muslim agar para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin.
Harapan semulia istri Imron. Sekaligus banyak mendoakan bagi calon jabang bayi
agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.
Dari sinilah,
maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru
muncul hari ini. Al-Qur’an telah membicarakannya.Tetapi yang jelas bertentangan
dengan Islam adalah ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari
ini adalah pendidikan dengan memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak
yang meyakini bahwa hal ini merupakan hasil penelitian. Sayangnya, umat ini
masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana sumber dan kepentingan di
baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para pemimpin bumi
yang istimewa.
Yang lebih
celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian
dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu
salah, bukan penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian
daripada ayat dan petunjuk Nabi. Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan
di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan
kemampuan kognitif. Itu meningkatkan ketertarikan orang dalam memajan bayi dan
anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai
sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.
Namun, hasil
studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat
(14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart
–betapapun meriahnya musik tersebut– memiliki dampak pada kemampuan kognitif
seseorang. Dalam studi paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna
mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi
lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang mendukung
pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak. (http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/277083/Mendengarkan.Mozart.Tidak.Membuat.Anak.Cerdas)
Kesalahan fatal
pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak yang
belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam
–terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik. Bagi yang
masih harus bersandar pada penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian
tentang bahaya musik,Remaja yang menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik
lebih berisiko mengalami depresi daripada remaja yang memiliki kegemaran
membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dariUniversity of Pittsburgh
School of Medicine, Amerika Serikat. (http://metrotvnews.com/metromain/newscat/polkam/2011/04/11/48290/Wah-Remaja-Penggemar-Musik-Lebih-Mudah)
Cukuplah kita
baca surat asy-Syu’ara’ (26) dan kita akan bisa mendapati peringatan keras ayat
terhadap dunia yang ‘wajib’ digemari oleh setiap orang itu. Sebelum kita baca,
perlu diketahui bahwa asy-Syu’ara’ artinya para penyair. Para penyair di zaman
dahulu kala biasa menjadi orang terkenal setelah mereka memenangi perlombaan
syair. Bahkan sebagian syair mereka digantung di Ka’bah, yang dikenal dengan
mu’allaqat sab’ah. Hal ini yang membuat mereka menjadi terkenal. Jadi mereka
hari ini sejajar dengan mereka yang menamakan dirinya selebriti. Mereka juga
berfungsi sebagai pembawa berita, penyebar opini serta menggerakkan masyarakat.
Hari ini, hal seperti itu sejajar dengan media.
Dari ayat 221
sampai 223 Allah menyampaikan tentang syetan dan ciri penggemarnya. Langsung
setelahnya, pada ayat 224 Allah menyampaikan tentang para penyair, ciri mereka
dan para pengagumnya. Sebuah keakraban luar biasa antara syetan dan para
penyair. Dan berikut ini ayat tentang para penyair:
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ
الْغَاوُونَ # أَلَمْ
تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ # وَأَنَّهُمْ
يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ #
224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh
orang-orang yang sesat. 225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya
mereka mengembara di tiap- tiap lembah 226. dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
mengerjakan(nya)?
Ibnu Abbas
menjelaskan pengembaraan mereka di tiap-tiap lembah: Mereka tenggelam dalam
setiap kesia-siaan. (Tafsir Ibnu Katsir 6/173, MS) (fzl/parentingnabawiyah)
Label:
Keluarga.,
Pendidikan
Lokasi:
Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)